Senin, 27 Agustus 2018

BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN PRODUK MAKANAN/MINUMAN/BAHAN INDUSTRI | asalshareinfo

BAHAN BAKU UNTUK PEMBUATAN PRODUK MAKANAN/MINUMAN/BAHAN INDUSTRI

a. Tepung terigu 

Tepung terigu adalah bahan baku utama yang dipakai dalam pembuatan berbagai produk makanan, seperti: rerotian (bakery), mie (noodle),  spaghetti, piza, dan lain-lain. Tepung terigu kaya akan kandungan karbohidrat, namun sangat sedikit kandungan vitamin dan mineralnya. Untuk memperkaya kandungan nutriennya, beberapa bahan tambahan pangan sering ditambahkan sebagai fortifikan tepung terigu. 
Keputusan Menteri Kesehatan Rep. Indonesia No. 962/Menkes/SK/VII/2003 tentang Fortifikasi Tepung Terigu menyebutkan bahwa terigu yang diproduksi, diimpor atau diedarkan di Indonesia harus mengandung fortifikan, yang meliputi: zat besi (Fe), seng (Zn), vitamin B1, vitamin B2, serta asam folat. 
Berdasarkan sisi kehalalannya, tepung terigu relatif tidak ada masalah. Akan tetapi, berbagai bahan dan improving agents yang ditambahkan rentan terhadap berbagai pencemaran bahan haram. Sebagai contoh, vitamin B1 (thiamine), vitamin B2 (riboflavin), dan asam folat (folic acid) yang bersumber dari tanaman halal dikonsumsi. Vitamin-vitamin tersebut berubah status menjadi tidak halal manakala diproduksi secara mikrobiologis menggunakan media yang tidak halal. 
Contoh fortifikan lain yang berstatus seperti pada penjelasan sebelumnya adalah asam amino L-sistein (L-cysteine hydrochloride). Bahan ini sering dipakai untuk melunakkan gluten gandum, sehingga dihasilkan produk tepung terigu yang lembut (halus) dan volumenya lebih besar. Ada 3 macam sumber L-sistein, yaitu: dari hasil ektraksi rambut manusia, ekstraksi bulu binatang, dan dari produk mikrobial. 
Fatwa ulama menyebutkan bahwa L-sistein yang diekstraksi dari rambut manusia hukumnya haram. Selanjutnya, L-sistein yang diekstraksi dari bulu unggas dan produk mikrobial lainnya hukumnya syubhat. L-sistein yang diperoleh dari bulu unggas, seperti : bulu bebek (duck feather) dan bulu ayam (chicken feather) hukumnya haram jika diekstraksi dari bulu unggas yang tidak disembelih secara syar’i. L-sistein yang dihasilkan dari reaksi mikrobial juga berstatus haram jika mikrobianya ditumbuhkan pada media yang tidak halal.  

b. Mentega 

Mentega adalah produk olahan pangan yang dibuat dari bahan dasar krim susu. Bahan ini banyak dipakai untuk olesan roti dan biskuit, sebagai perantara lemak di beberapa produk roti dan masakan, serta kadangkadang dipakai untuk menggoreng. Oleh karena merupakan produk olahan susu, maka mentega mengandung lemak dan kholesterol yang cukup tinggi. 
Pada dasarnya, mentega adalah produk emulsi air dalam minyak yang diperkaya dengan berbagai bahan tambahan, seperti : flavor dan pewarna. Agar adonan mentega (terutama air dan minyak/lemaknya) dapat bercampur dengan baik (merata/homogen), maka dalam pembuatannya, mentega ditambahi dengan bahan pengemulsi (emulsifier). Bahan pengemulsi yang sering dipakai adalah senyawa mono- atau di-gliserida yang dihidrolisis dari senyawa lemak. Oleh karena berasal dari lemak, maka bisa saja berasal dari lemak nabati maupun lemak hewani.  Apabila berasal dari lemak hewani, maka dapat saja berasal dari lemak babi atau lemak hewan halal yang tidak disembelih secara syar’i. 
Emulsifier yang diproduksi dari lemak nabati dapat pula tercemar bahan haram. Pada saat hidrolisis lemak menjadi senyawa gliserida dapat saja digunakan enzim lipase yang diambil dari hewan haram, seperti : porcine pancreatic lipase, yaitu enzim pencerna/penghidrolisis lemak yang dihasilkan oleh pankreas babi. 

c. Margarin 

Margarin berbeda dengan mentega. Apabila mentega dibuat dari bahan dasar susu, maka margarin dibuat dari bahan dasar lemak tumbuhan, seperti : lemak dari minyak kelapa dan minyak kelapa sawit. 
Dalam proses pembuatan margarin (skala industri) seringkali ditambahkan bahan pengemulsi, bahan penstabil (stabilizer), bahan pewarna, serta penambah aroma (flavor). Apabila bahan-bahan yang dipakai tersebut berasal dari bahan halal tentu tidak tidak masalah. Namun apabila berasal dari produk hewani, maka harus dipastikan dari hewan halal atau hewan haram. 
Salah satu bahan pengemulsi yang sering dipakai adalah lesitin. Apabila menggunakan lesitin kedelai (soy lechitin) maka tentu tidak masalah. Namun apabila menggunakan lesitin babi, maka tentu membuat produk makanan tersebut menjadi haram.  

d. Keju 

Keju adalah salah satu jenis makanan olahan favorit yang berasal dari susu hewan, seperti: susu sapi, kambing, domba, dan unta. Meskipun berasal dari susu, namun dalam proses pembuatannya ditambahkan berbagai bahan yang dapat membuat produk olahan susu ini menjadi tidak halal. 
Keju dibuat melalui berbagai tahapan proses, yang dimulai dari proses penambahan bakteri starter, penambahan enzim penggumpal protein, pembentukan curd, pencetakan dan pengepresan, penambahan garam, serta penyimpanan (pematangan). 
Enzim pencerna protein (protease) penting dipakai untuk menggumpalkan keju dan memisahkannya dari whey. Enzim yang dipakai dalam pembuatan keju beraneka ragam, seperti: enzim rennet, pepsin, renin (chemosin), renilase dan lain-lain. 
Enzim rennet yang dipakai bisa saja berasal dari hasil fermentasi (microbial rennet) maupun dari lambung hewan, seperti lambung anak sapi maupun lambung babi. Jika berasal dari fermentasi mikroba (bakteri, kapang, khamir), maka harus dipastikan bahwa media yang dipakai untuk pertumbuhan mikroorganismenya bukan media yang diharamkan. Jika berasal dari hewan, maka harus dipastikan status kehalalan hewannya. Enzim rennet yang diambil dari lambung anak babi sudah tentu statusnya haram. Hati-hati dengan keju edam, karena masih banyak produsen edam yang menggunakan rennet babi. Sebaliknya, enzim rennet berstatus halal jika berasal dari hewan halal yang disembelih secara halal.
Enzim yang lain, seperti enzim renin (chemosin) umumnya berasal dari abomasum anak sapi, sedangkan enzim renilasi umumnya berasal dari jamur Mucor miehei dan M. pussilus. 

e. Lemak 

Lemak ditambahkan dalam produk untuk membuat agar produk tersebut menjadi lebih lembut, lebih renyah, lebih legit dan lain-lain. Lemak juga dipakai untuk mengikat berbagai nutrien tertentu, seperti vitamin  dan lain-lain. Lemak juga dipakai agar produk rerotian memiliki aroma yang lebih sedap. 
Lemak yang ditambahkan pada berbagai produk pangan dapat berasal dari lemak tanaman maupun lemak hewan. Apabila tidak mendapatkan tambahan senyawa apapun, maka lemak tanaman (nabati) hukumnya halal dikonsumsi. Lemak hewan umumnya diperoleh dari lemak sapi (tallow), lemak babi (lard), maupun lemak susu (cream). Lemak yang berasal dari babi dan lemak hewan halal yang tidak disembelih secara syar’i hukumnya haram.

f. Cokelat 

Cokelat snack maupun cokelat batangan (untuk indutri makanan) dibuat dari biji buah cokelat pilihan. Agar awet dan bisa diolah lebih lanjut, maka dalam proses pembuatan cokelat seringkali ditambahkan bahan pengemulsi. Bahan pengemulsi ini dapat berasal dari bahan nabati (kedelai, bunga matahari, jagung dan lain-lain) maupun dari bahan hewani. Lesitin hewani umumnya dibuat secara enzimatis menggunakan enzim Phospholipase A2. Apabila enzim yang dipakai diambil dari pankreas babi, maka tentu status enzim ini adalah haram. 
Titik kritis lain pada produk cokelat adalah penambahan khamr, seperti: alkohol, ethanol (ethyl alkohol), wine, brandy, whiskey, spirits dan lain-lain. Berbagai cairan beralkohol ini ditambahkan untuk membuat adonan tercampur dengan baik serta memberi flavor tertentu. Oleh karena khamr diharamkan, maka penggunaan khamr pada produk cokelat diharamkan. 

g. Gula pasir 

Gula pasir dibuat dari nira yang dapat berasal dari berbagai sumber seperti: tebu, kelapa, siwalan, lontar, aren, dan sawit. Oleh karena berasal dari tanaman, sudah barang tentu bahan baku utama gula pasir tersebut halal. Proses pembuatan gula pasir terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari proses ekstraksi, penjernihan, evaporasi, kristalisasi, hingga pengeringan. Dalam tahapan-tahapan proses ini bisa jadi bahan haram masuk dan mencemari gula pasir.

h. Kecap

Kecap diperoleh dari hasil fermentasi kedelai (kedelai putih atau hitam) yang ditambahi dengan berbagai bahan, seperti: ragi (jamur tempe), daun salam, sereh, daun jeruk, laos, bunga pekak, gula merah, garam dapur dan air. Proses pembuatan kecap didahului dengan pencucian dan perendaman kedelai, yang dilanjutkan dengan proses perebusan,fermentasi, pemasakan, penyaringan, dan diakhiri dengan proses pengemasan. 

 i. Cuka 

Cuka (vinegar) berasal dari bahan kaya gula, seperti: anggur, apel, nira kelapa, dan malt. Ada beberapa macam cuka di pasaran, seperti: cuka pada umumnya (table vinegar) dan cuka buah (cuka apel). 
Proses pembuatan cuka melibatkan 2 tahapan fermentasi. Tahapan pertama adalah proses pengubahan gula yang ada pada bahan menjadi ethanol dengan menggunakan jamur Saccharomyces sp. yaitu : 
C6H12O6 ------------------> 2C2H5OH            +          2CO2 
Karbohidrat (gula)            Ethyl alkohol (ethanol)     Karbondioksida Tahapan kedua adalah proses pengubahan ethanol menjadi asam cuka (asam asetat) dengan menggunakan acetobacter  Bacterium aceti menjadi asam cuka, yaitu : 
2C2H5OH   +   2O2  -----------------> 2CH3COOH   +   2H2O 
Ethanol       Oksigen                         Asam asetat          Air  

j. Krimer

 Creamer dibuat dari susu. Titik kritisnya terdapat pada bahan enzim yang dipakai untuk memisahkan keju dan whey.   

k. Mayonais 

Mayonais atau mayones (mayonnaise) adalah salah satu jenis saus yang dibuat dari bahan utama minyak nabati dan kuning telur ayam yang ditambahi sedikit garam dapur, minyak, cuka, dan mustard. Untuk meningkatkan cita rasa, ada pula mayonais yang menggunakan tambahan sari buah lemon, bawang putih, bawang bombay, acar, saus tomat, yoghurt, dll. Mayonais sering dipakai pada produk rerotian, seperti : sandwich, burger dan lain-lain. 

l. Vitamin 

Vitamin banyak tersedia di alam dalam berbagai produk alami, seperti : buah dan sayur. Secara komersial, vitamin sering ditambahkan sebagai fortifikan (senyawa yang memperkaya kandungan nutrien suatu adonan produk makanan) pada berbagai produk susu formula, mentega dan lainlain. 
Vitamin yang dijual secara bebas di pasaran sebagian besar adalah vitamin sintetis atau hasil mikrobial. Vitamin-vitamin tersebut memiliki sifat mudah rusak oleh cahaya (photolabile), mudah rusak oleh suhu (thermolabile), dan mudah rusak oleh bahan kimia (chemicolabile). Untuk mempertahankan kualitasnya, vitamin dilapisi (disalut) dengan senyawa pelapis (coating agent), seperti: gelatin. Gelatin adalah senyawa protein yang diperoleh dari hidrolisis kolagen tulang atau kulit binatang. Secara komersial, umumnya gelatin yang terdapat di pasaran dibuat dari kulit atau tulang babi dan sapi, meskipun bisa pula dari ikan. 

m. Gelatin 

Umumnya, gelatin dipakai sebagai gelling agent (bahan pengental), bahan penegar (penguat), atau untuk topping kue atau es krim. Gelatin pasti berasal dari produk hewani (sapi, babi, dll). Sebagai pengganti, bahan lain yang dapat dipakai sebagai pengental adalah : rumput laut (agar-agar), karagenan, pati yang dimodifikasi, gom arab dan lain-lain.

n. BakersYeast Instant (Ragi) 

Yeast banyak dipakai pada produk-produk bakery sebagai bahan pengembang (bread improver). Dalam pembuatannya, adakalanya juga ditambahkan bahan pengemulsi.

o.  Bahan Baku Tambahan :

1) Pemanis

terdapat 2 macam pemanis (sweeteners) yang sering dipakai dalam industri makanan, yaitu pemanis sintetis dan pemanis alami. Pemanis sintetis non-kalori, seperti: sodium siklamat (NaCyclamate), sodium sakarin (Na-Saccharine), dan aspartame, umumnya halal. Namun demikian, sorbitol bersifat syubhat karena produk ini dibuat dari glukosa yang berstatus syubhat. Dalam skala industri, glukosa dapat dibuat secara enzimatis menggunakan katalisator enzim alpha-amilase. Enzim ini dapat berasal dari mikroorganisme maupun dari saluran pencernaan hewan (saliva dan pankreas). 

2.) Pengemulsi
Bahan pengemulsi (emulsifier) adalah bahan yang ditambahkan pada adonan pangan yang ditujukan agar bahan baku yang berkadar lemak tinggi dapat bercampur dengan air secara merata (homogen) dan stabil dalam waktu lama. Oleh karena dapat berfungsi menstabilkan campuran, maka sering kali pula dipakai sebagai bahan penstabil. Dalam skala industri, lesitin kedelai diekstrak menggunakan pelarut organik. Setelah bahan terekstrak, kemudian pelarutnya dihilangkan sehingga diperoleh ekstrak kasar lesitin. Agar diperoleh hasil lesitin yang lebih baik, maka dibuatlah turunan-turunan lesitin menggunakan proses enzimatis.

3.) Pengembang
Pengembang (bread improver) dipakai untuk membuat adonan roti mengembang saat diolah menjadi roti. Ada beberapa istilah yang dikenal untuk menyebut bahan pengembang ini, seperti : soda kue, baking powder, baking soda, atau ragi (yeast/ gist). Ragi sesungguhnya adalah mikroorganisme hidup jenis jamur (khamir) yang disebut Saccaromyces cerevisiae. Apabila dalam adonan roti disediakan cukup air, gula, dan ragi, maka adonan akan mengembang. Apabila dicampur dengan air, protein glutelin dan gliadin yang ada pada tepung terigu akan membentuk adonan yang elastis dan ekstensibel (bisa mengembang) yang disebut sebagai gluten. Ragi yang ditambahkan dalam adonan akan mengkonsumsi atau memfermentasi gula menjadi gas karbondioksida yang akan mengembangkan adonan roti. Protein glutelin akan menguatkan struktur gluten dan protein gliadin membuat gluten bisa mengembang secara elastis. Selama proses fermentasi, gula akan diubah menjadi gas CO2 dan senyawa ethanol (ethyl alkohol) yang berkontribusi membentuk aroma roti yang sedap. Apabila proses fermentasi terkendali dengan baik, maka akan dihasilkan produk bakery yang mempunyai volume dan tekstur yang baik serta cita rasa yang enak.

4.) Penyedap rasa 
Bumbu masak instant saat ini telah tersedia di pasaran dalam bentuk beraneka ragam, seperti : Monosodium Glutamat atau Mononatrium Glutamat (MSG) atau vetsin, kaldu, yeast extract, dll. MSG adalah salah satu bumbu instant yang paling favorit dipakai. Bahan ini diproduksi dalam skala industri secara mikrobial dengan media pertumbuhan (perkembangbiakan) bakteri yang beraneka macam.

5.)Perisa (flavor atau pemberi aroma)
Flavor dipakai dalam industri makanan untuk memberi kesan aroma tertentu yang dikehendaki. Flavor dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu flavor sintetis (buatan/artificial) dan flavor alami. Secara umum, flavor sintetis memang cenderung lebih aman karena dibuat di laboratorium dari berbagai senyawa kimia. 

6.) Pewarna
Bahan pewarna (colorings) yang biasa dipakai dalam makanan olahan terdiri dari 2 jenis, yaitu : pewarna sintetis (buatan/ artificial) dan pewarna alami (natural).  Pewarna sintetis adalah pewarna yang dibuat dari senyawasenyawa kimia tertentu. Pewarna jenis ini sangat disukai produsen makanan karena memiliki tingkat kestabilan warna yang cukup baik (tidak mudah pudar saat pengolahan) serta harga yang relatif murah. Pewarna sintetis yang diijinkan dipakai adalah pewarna yang aman dipakai dalam makanan (foodgrade), seperti : allura red (merah), tartrazin (kuning), dll.   Pewarna alami adalah pewarna yang diperoleh secara ekstraksi dari alam (tumbuhan). Contoh pewarna alami yang banyak tersedia di pasaran adalah xanthaxanthine (merah). Pewarna ini sering dipakai pada industri pengalengan daging dan ikan. Pewarna organik ini dikenal memiliki tingkat kestabilan yang relatif rendah. Untuk menghindari kerusakan warna (pudar) dari pengaruh suhu, cahaya, serta pengaruh lingkungan lainnya pada saat penyimpanan maupun pengolahan, maka seringkali pada pewarna ini ditambahkan senyawa pelapis (coating agent) melalui proses micro-encapsulation.

7.) Pelembut
Pelembut (shortening) adalah salah satu bahan standar yang sering dipakai pada industri roti. Para pengusaha makanan lebih familiar menyebut bahan pelembut roti ini dengan istilah mentega putih. Selain memberi sensasi lembut, shortening ini juga disukai karena dapat memberikan sensasi renyah (crispy) pada produk. Pelembut umumnya dibuat dari lemak, bisa lemak hewan, lemak tanaman, maupun campuran dari keduanya. 

8.)Anti gumpal 
BTP lain yang sering dipakai dalam industri pangan adalah bahan anti penggumpal (anti-caking agent). Bahan ini berfungsi mencegah terjadinya penggumpalan bahan selama masa penyimpanan. Bahan ini contohnya dipakai sebagai agen anti gumpal pada produk ragi kering, garam, dll. sehingga tidak mudah menggumpal saat disimpan sebelum dipergunakan

KEGIATAN PEMBELAJARAN 5 ( KD 5- 18 JP ) | asalshareinfo

KEGIATAN PEMBELAJARAN 5 ( KD 5- 18 JP )


KEGIATAN PEMBELAJARAN 5 ( KD 5- 18 JP )
Menerapkan jenis dan sifat serta kondisi optimum pertumbuhan mikroba  untuk proses pembuatan makanan/minuman/bahan bakar/pengolahan limbah ( KD 3.5 )  

Melaksanakan Pembuatan makanan/minuman/bahan bakar/pengolahan limbah (KD 4.5 )  

A. Deskripsi 
Pada kegiatan pembelajaran ini akan diuraikan tentang pembuatan produk dan pengolahan limbah dengan menggunakan jasa mikroba, yang terinci sebagai berikut, bahan baku untuk pembuatan produk makanan/minuman/bahan industri, jenis mikroba yang digunakan untuk proses fermentasi dalam pembuatan produk makanan/minuman/bahan industri, kondisi optimum proses fermentasi, pengendalian proses fermentasi pembuatan produk industri secara fermentasi, pemisahan produk olahan hasil fermentasi, pengecekan kualitas produk.

B. Kegiatan Belajar 
1. Tujuan Pembelajaran  Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini siswa mampu : 
 Mengidentifikasi bahan baku untuk pembuatan produk makanan/minuman / bahan industri
 Memahami jenis mikroba  yang digunakan untuk proses fermentasi dalam pembuatan produk makanan/minuman/bahan industri
 Memahami kondisi optimum proses fermentasi
 Memahami pengendalian proses fermentasi pembuatan produk industri secara fermentasi
  Memahami  pemisahan produk olahan hasil fermentasi, pengecekan kualitas produk

2. Uraian Materi
Bahan Baku  atau media untuk Pembuatan Produk makanan / minuman / bahan  industri 
a. Tepung terigu 
Tepung terigu adalah bahan baku utama yang dipakai dalam pembuatan berbagai produk makanan, seperti: rerotian (bakery), mie (noodle),  spaghetti, piza, dan lain-lain. Tepung terigu kaya akan kandungan karbohidrat, namun sangat sedikit kandungan vitamin dan mineralnya. Untuk memperkaya kandungan nutriennya, beberapa bahan tambahan pangan sering ditambahkan sebagai fortifikan tepung terigu.

PRAKTEK ISOLASI | asalshareinfo

PRAKTEK ISOLASI


Judul : Melakukan Isolasi 

Tujuan : 
1.    Melakukan cara isolasi mikroba (memisahkan mikroba dari campurannya) 
2.    Melakukan inokulasi (penanaman) mikroba 
3.    Mengenal bentuk-bentuk koloni bakteri (melakukan identifikasi mikroba) 

     a.   Bahan 

           Media PDA 
           Media EMB 
           Media SSA 
           Media NB 
           Daging 
           Kapang 
           Air Selokan 
           Lactobacillus

     b.   Alat (Isilah Gambar Alat pada Tabel di Bawah ini!) 

GAMBAR ALAT
NAMA ALAT

MIKROSKOP

JARUM OSE

BUNSEN

KACA PREPARAT

TABUNG REAKSI

CAWAN PETRI

ERLENMEYER

c.   Prosedur kerja 

     1. Cara Isolasi dengan Metode Penggoresan (the streak plate technique) 

       Siapkan media yang sudah disterilkan dalam petridish yang steril, biarkan sampai dingin 
       Ambillah 1 ose suspensi dari campuran dan goreslah kepermukaan media. Maksud dari goresan ini untuk                           mendapatkan deretan koloni yang dikehendaki dan memudahkan isolasi selanjutnya 
       Inkubasi selama 24-28 jam, amati koloni yang terbentuk 
       Isolasikan masing-masing koloni dengan menanamkannya pada masing-masing medianya 
       Isolasi ini dikerjakan 2-3 kali, sampai diperoleh kultur murni 
       Bila telah mendapatkan kultur murni, inokulasikan kedalam media agar dalam tabung reaksi   

      2.  Cara Inokulasi dalam Nutrient Broth 

       Ambilah koloni B.subtilis/E.coli dengan ose steril (sebelumnya dipijarkan pada burner dan didinginkan sebentar),             masukkan kedalam nutrient broth. 
       Sebaiknya inokulasi delakukan dekat burner di dalam ruangan steril. Tangan kanan untuk memegang ose dan                     tangan kiri digunakan untuk memegang tabung reaksi steril yang berisi media nutrient broth steril. Sebelum dan               setelah diinokulasi, bibir tabung reaksi dilewatkan diatas burner, (kapas penutup jangan diletakkan meja) 
       Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu kamar, amati gelembung/kekeruhan yang terjadi secara makroskopis dan                   secara mikroskopis  

    3.  Cara Inokulasi dalam Nutrient Agar 

      Media nutrient agar tegak diinokulasi secara aseptik dengan biakan murni bakteri memakai jarum ose dengan cara               menusuk kedalam nutrient agar 
      Media nutrient agar miring diinokulasi secara aseptik dengan biakan murni bakteri memakai jarum ose dengan                   cara menggoreskan bagian atas nutrient agar (goresan lurus) 
      Inokulasi dalam cawan petri steril dilakukan dengan metode penggoresan atau metode taburan 
      Metode taburan dilakukan sebagai berikut: sebanyak ± 10ml media nutrient agar dalam tabung reaksi (yang baru              disterilkan / dicairkan), didinginkan hingga suhu ± 50OC, kemudian diinokulasi secara aseptik dengan biakan                     murni  bakteri, kemudian tabung digojog dan dituangkan dalam cawan petri secara aseptik. Cara ini biasanya                     digunakan untuk menghitung bakteri (metode pour plate) 
      Inkubasikan selama 24-48 jam pada suhu kamar 
      Amatilah koloni-koloni yang tumbuh secara makroskopis/mikroskopis.   
Gambar 34. Teknik Menggores 
www.google.com/ imgressa 

HASIL PENGAMATAN

GAMBAR
KETERANGAN

Inokulasi pada media EMB
·         Bentuk :
·         Warna : hijau metallic
·         Pinggiran (tepi) :
·         Permukaan (elevasi) :
·         Struktur dalam :

Inokulasi pada media NB
·         Bentuk :
·         Warna :
·         Pinggiran (tepi) :
·         Permukaan (elevasi) :
·         Struktur dalam :

Inokulasi pada media PDA
·         Bentuk :
·         Warna :
·         Pinggiran(tepi) :
·         Permukaan(elevasi) :
Struktur dalam :

Inokulasi pada media SSA
·         Bentuk :
·         Warna :
·         Pinggiran (tepi) :
·         Permukaan(elevasi) :
·         Struktur dalam :


3. Refleksi 

Tuliskan jawaban  pada lembar refleksi  
a. Bagaimana kesan anda selama mengikuti pembelajaran ini? 
b. Apakah anda telah menguasai seluruh materi pelajaran ini? 
c. Apa yang akan anda lakukan setelah menyelesaikan pembelajaran ini? 
d. Tuliskan secara ringkas apa yang anda pelajari pada kegiatan pembelajaran ini!

4. Tugas  

Berkunjunglah ke tempat pengusaha/ home industri pembuatan tempe. Melalui wawancara , tanyakan bagaimana cara  melakukan isolasi jamur pada proses pembuatan tempe !  Buatlah laporan dan presentasikan di depan kelas  

5. Tes Formatif 

Jawablah pertanyaan berikut ! 
a. Jelaskan peralatan untuk isolasi dan inokulasi mikroba! 
b. Jelaskan macam–macam teknik preparasi pengambilan sampel mikroba! 
c. Jelaskan ciri-ciri bakteri Gram negatif ! 
d. Buatlah alur proses pengecatan bakteri ! 
e. Jelaskan macam–macam teknik penanaman  mikroba! 
f. Bagaimana cara mendapatkan  kultur murni mikroba?

Senin, 20 Agustus 2018

PRAKTEK PEWARNAAN GRAM | asalshareinfo

PRAKTEK PEWARNAAN GRAM


1. Apakah anda sudah pernah melakukan pewarnaan Gram? 

Lakukan pewarnaan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut: 
a. Bahan  
 Kaca obyek bersih 
 Pensil lilin atau spidol 
 Lup inokulasi 
 Suspensi campuran sel- sel muda Escherichia coli dan Staphylococcus aureus (berumur 15- 18 jam) 
 Biakan murni Serratia marsescens yang telah di isolasi 
 Biakan murni Micrococcus luteus  
 Biakan Bacillus subtilis dan kaldu nutrien 
 Seperangkat pewarna gram: ungu kristal, larutan iodium gram, alkohol 95%, safranin 
 Bak warna 
 Air suling dalam botol pijit 
 Kertas serap 
 Mikroskop 
 Minyak celup dan kertas lensa 

b) Prosedur 
 Sediakan 4 buah kaca obyek yang bersih 
 Dengan mengikuti cara- cara penyiapan olesan yang baik , Siapkan  olesan bakteri pada keempat buah kaca obyek tersebut sebagai berikut: 
- Siapkanlah 2 olesan pada setiap kaca obyek. Jarak antara kedua olesan tersebut paling sedikit 2 cm 
- Salah satu dari kedua olesan itu sama bagi keempat kaca obyek, yaitu olesan disiapkan  dari suspensi campuran sel–sel muda  E. coli dan S. aureus, olesan  ini berfungsi sebagai kontrol 
- Olesan kedua pada masing –masing kaca obyek adalah : 
· Olesan S. marcescens pada kaca  obyek pertama 
· Olesan M.luteus pada kaca obyek kedua 
· Olesan B.subtilis berumur 18 jam pada obyek ketiga 
· Olesan B. subtilis berumur 72 jam pada kaca obyek keempat 
Tandailah setiap olesan pada masing – masing kaca obyek supaya anda tahu apa yang akan anda amati nanti 

c) Setelah selesai difiksasi panas, letakkan kaca- kaca obyek tadi di atas rak kawat pada bak pewarna. Dengan berpedoman gambar berikut ini, lakukanlah pewarnaan Gram sebagai berikut : 

 Genangi olesan bakteri dengan pewarna primer yaitu ungu kristal selama 1 menit 
 Dengan menggunakan pinset atau penjepit lain, miringkanlah kaca obyek di atas bak pewarna untuk membuang kelebihan ungu kristal, lalu bilaslah olesan dengan air dari botol pijit/botol pembersih 
  Tiriskan kaca obyek (dengan cara menegakkan sisi- sisi yang sempit kaca obyek tersebut di atas kertas serap) dan kembalikan ke atas rak  kawat pada bak  pewarna 
 Genangi olesan dengan iodium gram selama 2 menit 
 Miringkan kaca obyek  untuk membuang kelebihan iodium lalu bilaslah olesan dengan air dari botol pijit 
  Cucilah olesan dengan pemucat warna yaitu etanol 95 %, tetes demi tetes selama 30 detik atau sampai zat warna ungu kristal tidak terlihat lagi mengalir dari kaca obyek 
 Cucilah segera dengan air dari botol pijit, lalu tiriskan  dan kembalikan ke atas rak kawat pada bak pewarna 
 Genangi olesan dengan pewarna tandingan yaitu safranin selama 30 detik, 
   Miringkan  kaca obyek ,untuk membuang kelebihan safranin, lalu bilaslah olesan dengan air dari botol pijit 
  Tiriskan kaca obyek dan seraplah kelebihan air pada olesan dengan menekankan kertas serap hati- hati keatasnya   
Gambar 33. Gambar Prosedur Pewarnaan Gram 
(Sumber : Mikrobiologi dalam praktik hal, 102) 

c) Pengamatan  
Amati masing-masing preparat di bawah mikroskop dengan obyektif celup minyak tanpa kaca tutup (mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah dan berangsur–angsur diganti dengan yang berkekuatan tinggi ) . Pada setiap preparat mula- mula amatilah olesan kontrol, karena olesan ini merupakan ukuran bagi ketepatan teknik pewarnaan anda. Bila teknik anda baik , maka S.aureus akan berwarna biru gelap atau ungu (Gram positif ) dan E. coli akan berwarna merah muda  (Gram negatif)  . Baru kemudian anda mengamati olesan yang lain. Gambar dan beri keterangan dan warna yang sesuai gambar anda amati.
Presentasikan laporan hasil pengamatan anda di depan kelas dan apabila ada yang belum jelas tanyakan kepada guru 


PEWARNAAN GRAM | asalshareinfo

PEWARNAAN GRAM


1. PEWARNAAN GRAM

Prosedur pewarnaan sederhana yang anda lakukan seperti pada penjelasan sebelumnya,  memungkinkan untuk melihat bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis- jenis bakteri yang berbeda dengan morfologi yang sama. 
Pada tahun 1884, seorang ahli bakteriologi Denmark secara kebetulan menemukan prosedur pewarnaan Gram. Pewarnaan ini mungkin merupakan salah satu prosedur yang amat penting dan paling banyak digunakan dalam klasifikasi bakteri. Melalui  metode ini , bakteri dapat dipisahkan secara umum menjadi dua kelompok besar yaitu:
 Organisme yang dapat menahan kompleks pewarna  primer ungu kristal iodium sampai pada akhir prosedur (sel –sel tampak biru gelap atau ungu), disebut Gram positif 
 Organisme yang kehilangan kompleks warna ungu kristal pada waktu pembilasan dengan alkohol namun kemudian diwarnai oleh pewarna tandingan safranin (sel- sel tampak merah muda ) disebut Gram negatif.   

Karena kemampuanya untuk membedakan satu kelompok bakteri tertentu dari kelompok lainya, pewarnaan Gram disebut juga pewarnaan diferensial. Sekalipun mekanisme yang tepat dari pewarnaan Gram masih belum jelas , diketahui bahwa komposisi dinding sel bakteri Gram-positif berbeda dari bakteri Gram-negatif dan ini diduga berperan dalam terjadinya reaksi Gram yang berbeda–beda . Boleh jadi dinding sel yang lebih tebal pada bakteri Gram positif menyusut oleh perlakuan alkohol karena terjadinya dehidrasi, menyebabkan pori- pori dinding sel menutup sehingga mencegah larutnya kompleks ungu kristal iodium pada langkah pemucatan. Pada pihak lain, sel–sel Gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton. Larutnya lipid oleh pemucatan yang digunakan dalam pewarnaan Gram diduga memperbesar pori- pori dinding sel dan inilah yang menyebabkan proses pemucatan pada sel- sel Gram negatif berlangsung lebih cepat. Terdapat perbedaan yang nyata dalam laju pemucatan antara sel-sel Gram positif dan Gram negatif. Terlepas dari tepat atau tidaknya dugaan tersebut, yang jelas dinding sel itulah yang merupakan penghalang terhadap pemucatan pada sel – sel Gram positif. Pendapat ini di dukung oleh kenyataan bahwa berubahnya atau dibuangnya dinding  sel bakteri Gram positif menyebabkan organisme tersebut berubah menjadi Gram negatif. 
Perbedan reaksi Gram bukanlah suatu fenomena yang mutlak dan kaku, melainkan merupakan perbedaan laju lepasnya  kompleks ungu kristal –iodium dari sel pada langkah pemucatan. Organisme Gram positif sekalipun dapat memperlihatkan reaksi Gram negatif bila mengalami pemucatan yang berlebihan.  
Faktor - faktor yang dapat menimbulkan keragaman dalam reaksi Gram ialah : 
 Pelaksanaan fiksasi panas terhadap olesan 
 Kerapatan sel pada olesan 
 Konsentrasi dan umur reagen-reagen yang digunakan untuk pewarnaan Gram 
 Sifat konsentrasi dan jumlah pemucat yang dipakai 
 Sejarah biakan
Olesan bakteri yang dipanaskan secara berlebihan akan menyebabkan pecahnya dinding sel. Dalam keadaan demikian maka sel–sel Gram positif akan melepaskan warna primer dan menerima warna tandingan. Hal ini mendukung teori bahwa reaksi Gram tergantung pada struktur dinding sel. 
Olesan yang baik hendaknya jangan terlalu tebal atau terlalu tipis. Pada pewarnaan Gram, olesan yang terlampau tebal tidak akan memucat secepat seperti olesan dengan kerapatan yang normal. 
Sebagai pemucat, etanol 95 % bekerja paling lambat, sedangkan aseton paling cepat sehingga pemucat yang paling banyak digunakan adalah campuran etanol 95% dan aseton  dengan perbandingan (1: 1), Namun untuk siswa yang masih belajar melakukan pewarnaan Gram  sebaiknya menggunakan pemucat yang bekerja lambat yaitu dengan etanol 95 % untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pemucatan yang berlebihan. 
Sejarah biakan yang dimaksud tersebut adalah meliputi umur biakan serta keasaman atau alkalinitas (pH) medium tempat bakteri yang bersangkutan ditumbuhkan.  Biakan organisme Gram positif yang lebih tua (terutama apabila memperlihatkan autolisis) dan yang ditumbuhkan dalam medium asam seringkali tampak gram negatif atau gram variabel (artinya biakan yang sama menampakkan sel-sel baik Gram positif maupun Gram negatif. Hal ini berkaitan dengan permebilitas dinding sel pada biakan tua yang menyebabkan hilangnya sifat Gram positif. Tetapi organisme Gram negatif tidak menjadi Gram positif terlepas dari umur atau medium yang dipergunakan. Secara singkatnya, reaksi Gram hanya dapat dipercaya bagi biakan berumur 24 jam atau kurang, dan janganlah terlampau mempersoalkan teramatinya beberapa sel Gram negatif di dalam suatu preparat yang sebagian besar menampakkan sel- sel Gram positif.


PENGAMATAN BAKTERI | asalshareinfo

PENGAMATAN BAKTERI


1.Pengamatan

Amatilah masing- masing preparat di bawah mikroskop dengan obyektif celup minyak tanpa kaca tutup (mulailah dengan obyektif berkekuatan terendah dan berangsur–angsur diganti dengan yang berkekuatan tinggi). Pada setiap olesan amati morfologi spesimen anda (bentuk, susunan, macam- macam stadium, struktur khusus seperti endospora). Gambarkanlah sketsa pengamatan anda pada tiap–tiap olesan dengan skala dan warna yang sesuai, Cantumkan  pula nama masing–masing mikroorganisme. Tanyakan kepada guru apabila ada yang belum jelas. Hasil pengamatan buatlah kesimpulan dan presentasikan di depan kelas. 

Secara umum proses pewarnaan bakteri bisa dilakukan sebagai berikut  
 Bakteri haruslah diambil dari suatu biakan yang masih muda, kira- kira umur 24 jam, merupakan usia yang baik untuk memperlihatkan bentuk morfologinya. Jika ingin melihat bakteri yang sudah 
membentuk spora, maka perlulah diambil  bakteri yang sudah lebih tua, yaitu dari suatu biakan yang berumur 2 sampai 3 kali 24 jam. 
 Bakteri diratakan di atas kaca obyek/glass obyek  yang bersih, seluas kira-kira 1 cm2 . Hindarilah pengambilan bakteri yang terlalu banyak. Jika tidak diratakan tipis-tipis, maka bakteri akan bertumpuk sehingga pemeriksaan bentuknya satu persatu tidak akan jelas.  Jika sudah kering, sediaan perlu dilewatkan pada nyala api perlahan -lahan supaya bakteri melekat pada kaca obyek, sehingga tidak akan terhapus apabila sediaan dicuci. Jaga jangan sampai bidang yang mengandung bakteri terkena nyala api. 
 Zat warna diteteskan pada bidang yang mengandung bakteri. Juga mungkin seluruh kaca obyek tersebut direndam miring dalam zat warna, hal ini bergantung pada sifat khusus pewarnaan, dan kadang- kadang juga bergantung kepada banyak sedikitnya kaca obyek (preparat ) yang harus  dibuat. Zat warna diberi waktu beberapa lama supaya diserap oleh bakteri yang sudah kering, tergantung dari sifat khas zat warna yang digunakan . 
 Sediaan dicuci dengan alkohol atau asam encer, untuk menghilangkan zat warna yang berlebihan. Alkohol yang digunakan untuk mencuci dapat berupa alkohol 15%  sampai 95%, kadang juga diperlukan alkohol 100%. Cara mencucinya adalah dengan mencelupkan sediaan ke dalam alkohol atau ke dalam asam encer dengan tanpa dikocek. Ada pula zat warna yang dicuci dengan air murni ataupun air kran. 
 Tunggu sediaan sampai kering lalu diperiksa dengan mikroskop, bila perlu dengan menggunakan minyak cedar (minyak imersi atau minyak celup). Jika dikehendaki , sediaan dapat ditutup dengan kaca penutup sebelum ditempatkan di atas piringan mikroskop. Sediaan yang diinginkan untuk disimpan lama perlu perlakuan sebagai berikut: Permukaan yang mengandung bakteri ditetesi balsem kanada kemudian ditutup dengan kaca penutup yang bersih. Sebelum kering, sediaan tidak boleh diletakkan miring. Sesudah balsem kanada kering, baru sediaan dapat dimasukkan ke kotak penyimpan sediaan, dalam posisi miring. Selanjutnya preparat disimpan dalam tempat gelap dan sejuk, agar supaya zat warna tidak lekas luntur dan pudar. Lebih jelas terlihat  pada gambar berikut:   
Gambar 32. Proses Pewarnaan  
Sumber gbr. www, google.com/imgressa 



TEKNIK PENGECATAN BAKTERI | asalshareinfo

TEKNIK PENGECATAN DAN PEWARNAAN BAKTERI


1)Teknik Pengecatan  Bakteri secara Sederhana

Sel–sel mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus pandang  (transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa sehingga sukar dilihat karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antar sel dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan mewarnai sel–sel tersebut dengan zat- zat warna. 
Pewarna yang paling umum digunakan adalah “pewarna sederhana“, disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna- pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa). Zat- zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya bermuatan positif ).\

Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam–macam tipe morfologi ( kokus, basilus, vibrio, spirilum, dan sebagainya) dari bahan – bahan lainya yang ada pada olesan yang diwarnai. Selain itu dapat pula diamati struktur-struktur tertentu seperti endospora. Berbeda dengan spesimen hidup, sel–sel yang diwarnai terfiksasi pada kaca obyek sehingga dapat disimpan sebagai dokumentasi untuk jangka waktu lama.   

Berikut akan disampaikan prosedur pewarnaan/pengecetan bakteri secara sederhana a. Bahan yang dibutuhkan : 
 Olesan – olesan mikroorganisme  
 Laruran zat warna metilen blue 
 Larutan zat warna karbol fuksin 
 Bak warna 
 Air suling dalam botol pijit/ botol cuci 
 Kertas serap 
 Mikroskop, minyak celup, kertas lensa 

b) Prosedur/Cara melakukan: 

 Gunakan olesan bakteri yang telah difiksasi, dengan menggunakan 2 olesan  untuk masing – masing mikroorganisme. Olesan pertama akan diwarnai dengan metelin blue dan yang kedua akan diwarnai dengan karbol fuksin 
 Dengan berpedoman gambar berikut, lakukan pewarnaan sederhana sebagai berikut :  - Letakkan kaca – kaca obyek berisi olesan yang akan diwarnai di atas bak pewarna dan genangi olesan tersebut dengan zat warna yang dimaksud. Bila digunakan metilen blue biarkan olesan terwarnai selama 1-2 menit, bila digunakan karbol fuksin biarkan olesan terwarnai selama 15- 30 detik. - Peganglah kaca obyek dengan pinset atau penjepit lain dan miringkan. Bilaslah zat warna tersebut dengan air sampai warna  yang terkandung dalam air yang mengalir dari kaca obyek tersebut hanya tinggal sedikit sekali. 
- Seraplah air yang tersisa pada permukaan spesimen dengan kertas serap. 
Gambar 31. Prosedur Pewarnaan Sederhana 
(Sumber : Mikrobiologi dalam praktik hal, 100) 


INOKULASI DAN ISOLASI | asalshareinfo

INOKULASI DAN ISOLASI

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian dan kesterilan yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998). Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu : 

 Menyiapkan ruangan ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan di labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) dimana udara dilewatkan dalam saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet (Pelczar, 1986). 
 Pemindahan dengan pipet. Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelczar, 1986). 
 Pemindahan dengan kawat inokulasi Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel, ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diameternya 1-3 mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya berupa tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelczar, 1986). Berikut gambar alat yang diperlukan dalam isolasi dan inokulasi: 

Gambar 19. Media dalam cawan petri 

Gambar 20. Jarum ose 

Gambar 21. Encast 

Gambar 22. Inkubator 
Sumber gbr.www.google.com/imgressa 



Ada beberapa metode untuk menginokulasi bakteri sesuai dengan jenis medium tujuannya. Pada medium agar tegak, dilakukan metode tusuk menggunakan jarum ose. Pada medium agar miring, dilakukan metode gores dengan menggunakan loop ose. Pada medium dalam cawan petri, dapat digunakan metode streak plate (metode gores), pour plate (metode tuang) atau spread plate (metode sebar). Setelah inokulasi, dilakukan proses inkubasi, yaitu menyimpan medium pada alat atau kontainer pada temperatur tertentu dan periode tertentu, sehingga tercipta lingkungan yang menyediakan kondisi cocok untuk pertumbuhan bakteri. 
Gambar 23. A. Teknik gores dengan agar miring;   b.  Teknik tusuk 
Sumber : gbr.www.google.com/imgressa 

a. Beberapa Metode Inokulasi pada Cawan Petri
Terdapat beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatu biakan campuran. Termasuk dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Berdasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu, melalui anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati  (Afrianto, 2004). Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciriciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies  (Dwidjoseputro, 2005).  

Menurut Hadioetomo (1993), terdapat dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu : 
1) Metode cawan gores Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
  
Gambar 24. Metode Cawan Gores 
Sumber gbr.www.google.com/imgressa 

Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni. Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. 

Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri. Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah kering, ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. 

Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997). 

Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para siswa yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).

Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masingmasing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan (Kus Irianto, 2006). 


Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni: 

a.  Teknik Gores T 

Gambar 25. Teknik Gores T 
Sumber Gambar, www,google.com/imgrassa 

b.  Teknik Gores Sinambung (gambar)   

Gambar 26. Teknik Gores Sinambung 
Sumber Gambar. www.google.com/imgressa 

c. Teknik Gores Kuadran 

Gambar 27. Gores Kuadran 
Sumber gbr.www.google.com/imgressa 



c. Metode cawan tuang 


Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan 125pecimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50 oC ) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba dalam 125pecimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurangkurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu, namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi. 

Metode tuang atau pour plate dilakukan dengan 2 cara, yaitu dengan mencampur suspensi bakteri dengan medium agar pada suhu 50ÂșC kemudian menuangkannya pada cawan petri atau dengan menyemprotkan suspensi pada dasar cawan petri, kemudian menuang medium agar dan diaduk. Setelah agar mengeras, bakteri akan berada pada tempatnya masing-masing dan diharapkan bakteri tidak mengelompok sehingga terbentuk koloni tunggal.

Gambar 28. Metode Cawan Tuang
Sumber gbr.www.google.com/imgressa 

Selain kedua metode tersebut masih ada satu metode inokulasi dalam cawan petri yaitu metode sebar atau spread plate. Metode sebar atau spread plate dilakukan dengan menyemprotkan suspensi ke atas medium agar kemudian menyebarkannya secara merata dengan trigalski. Dengan ini diharapkan bakteri terpisah secara individual, kemudian dapat tumbuh menjadi koloni tunggal. Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika media masih cair (belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar. Salah satu contoh metode cawan sebar adalah metode swab atau hapus. 
Gambar 29. Metode Swab  
Sumber gbr.www.google.com/imgressa 

d. Isolasi Bakteri

Isolasi bakteri adalah proses mengambil bakteri dari medium atau lingkungan asalnya dan menumbuhkannya di medium buatan sehingga diperoleh biakan yang murni. Bakteri dipindahkan dari satu tempat ke tempat lainnya harus menggunakan prosedur aseptik. Aseptik berarti bebas dari sepsis, yaitu kondisi terkontaminasi karena mikroorganisme lain. Teknik aseptik ini sangat penting bila bekerja dengan bakteri. Beberapa alat yang digunakan untuk menjalankan prosedur ini adalah bunsen dan laminar air flow. Bila tidak dijalankan dengan tepat, ada kemungkinan kontaminasi oleh miroorganisme lain sehingga akan mengganggu hasil yang diharapkan. Teknik aseptik juga melindungi laboran dari kontaminasi bakteri (Singleton dan Sainsbury, 2006).

Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni yang tetap pada tempatnya  (Nur; Asnani, 2007).

Bakteri di alam umumnya tumbuh dalam populasi yang terdiri dari berbagai spesies. Oleh karena itu, untuk mendapatkan biakan murni, sumber bakteri harus diperlakukan dengan pengenceran agar didapat hanya 100-200 bakteri yang ditransfer ke medium, sehingga dapat tumbuh menjadi koloni yang berasal dari bakteri tunggal. 

Isolasi bakteri merupakan suatu cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungan sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.  Ada beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara goresan (streak plate), cara tuang (pour plate), cara sebar (spread plate) dan mikromanipulator (Buckle,1998).

Persyaratan utama bagi isolasi dan kultivasi fage adalah harus adanya kondisi optimum untuk pertumbuhan organisme inangnya. Sumber bakteriofage yang paling baik dan paling utama adalah habitat inang. Sebagai contoh fage koli yang dijumpai di dalam pencernaan dapat diisolasi dari limbah atau pupuk kandang. Hal ini dilakukan dengan sentifugasi atau filtrasi bahan sumbernya dan penambahan kloroform untuk membunuh sel-sel bakterinya (Adams, 2000). 

Metode pemaparan pada udara terbuka adalah metode untuk mengisolasi bakteri udara. Metode ini sangat simpel, yaitu dengan memaparkan medium pada udara terbuka, dengan harapan ada bakteri yang menempel dan kemudian akan tumbuh menjadi koloni. 

Tugas : 

Carilah informasi tentang jenis- jenis, proses inokulasi dan isolasi mikroba melalui pengamatan gambar, bagan, bahan asli atau dari berbagai sumber lainnya misalnya internet atau buku yang relevan. Tanyakan kepada guru apabila ada hal yang belum jelas, kemudian buatlah ringkasan dan presentasikan di depan teman/kelompok lain

e. Pengertian dan Tujuan Pengenceran 

Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam (Fais, 2009). Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al, 2007). 

Teknik Dilusi (Pengenceran) Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan dalam aquades steril. Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Count). 

f. Pengamatan Terhadap Hasil Inokulasi dan Isolasi 

Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan setelah inkubasi akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat, dan berbagai ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba tersebut pada media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat penting untuk diperhatikan (Ratna,1990).  

Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni maka harus digunakan agar benar-benar kering (Djida, 2000).

Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agaragar lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut: 

 Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar, serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting. 
 Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa duri, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar. 
 Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat 
mengencerkan gelatin. Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Adapula bentuk koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika bakteri mampu mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk, serupa corong, pundi-pundi dan berlapis. 

Gambar 30. Ciri- ciri koloni 
Sumber gambar,www,google.com/ imgreesa 

Berikut gambar koloni hasil inokulasi 

Gambar  28.b.koloni hasil isolasi 
Sumber gambar,www,google.com/ imgreesa 

Inkubasi merupakan suatu  teknik perlakuan bagi mikroorganisme yang telah diinokulasikan pada media (padat atau cair) kemudian disimpan pada suhu tertentu untuk dapat melihat pertumbuhannya. Bila suhu inkubasi tidak sesuai dengan yang diperlukan, biasanya mikroorganisme tidak dapat tumbuh dengan baik. Media inkubasi digolongkan menjadi 2 jenis : 
1. Pada lemari biasa atau suhu kamar, 
2. Pada inkubator yang suhunya dapat di tentukan 


Proses ini bertujuan agar dapat melihat pertumbuhan atau perkembangbiakan pada mikroorganisme.
Destruksi merupakan proses pemusnahan pada hasil pekerjaan mikrobiologi yang telah mengandung mikroorganisme sebelum dilakukan pencucian. Proses destruksi ini penting untuk dilakukan, hal ini bertujuan untuk membersihkan semua mikroorganisme yang terdapat pada alat-alat yang telah digunakan pada saat percobaan karena tidak dapat dipastikan bahwa alat-alat itu bersih sebelum didestruksi, bisa saja terdapat bakteri atau mikroorganisme yang dapat membahayakan. Proses ini umumnya dilakukan dengan memasukkan semua wadah atau alat hasil percobaan (yang sudah dikontakan dengan mikroorganisme) ke dalam autoclave, kemudian diaktifkan pada suhu 121 derajat celcius selama 30 menit. Bila telah selesai, wadah yang mengandung media dan mikroba hasil percobaan (yang telah cair) dapat di buang ke pembuangan umum, kemudian alat dicuci bersih dengan air sabun.

Ekspansi

Ekspansi Diperbarui pada 23 Oktober 2019 Apa itu ekspansi? Ekspansi adalah fase siklus bisnis di mana PDB riil tumbuh untuk dua ata...